Makalah Analisis Kualitas Udara By Agen Preventif


BAB III PEMBAHASAN


Sampai saat ini (17 April 2012), ada 34 stasiun berskala global yang ada di dunia yang bertugas untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah dengan tipe remote atau daerah dengan kondisi udara yang relatif bersih dan jauh dari aktivitas antropogenik.. Sebagaimana terlampir dalam PP No 41 Tahun 1999, Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur Lingkungan hidup lainnya(PP, 1999). Baku mutu udara adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemaran udara yang dapat ditenggang keberadaannya dalam udara ambien(Kurniawan, 2017).  Pemerintah lewat  Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 menetapkan Baku Mutu Udara Ambien Nasional untuk melindungi kesehatan dan kenyamanan nasional. Baku Mutu Udara Ambien Nasional dapat dilihat dalam table berikut ;

makalah analisis kualitas udara bab 3


Hasil perhitungan nilai ISPU digunakan untuk melakukan kategorisasi kondisi kualitas udara di suatu tempat. Nilai ISPU dari parameter pencemar utama merupakan dasar dalam pengklasifikasian ini. Kualifikasi kondisi kualitas udara  sesuai lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107  tahun 1997(Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 1997) dapat dirangkum dalam table berikut

Pengaruh konsentrasi gas karbonmonoksida (CO) terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks ISPU berkategori baik (0-50), tidak menimbulkan efek apapun bagi manusia dan makhluk hidup. Nilai ISPU pada kisaran 51-100 ber- kategori sedang, paparan gas CO mulai menimbulkan perubahan kimia darah, tetapi walaupun tak terdeteksi. Pada kisaran 101-199 berkategori tidak sehat paparan gas CO mulai meningkatkan kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung. Sangat tidak sehat, berada dikisaran kisaran 200-299. Sedangkan untuk kisaran lebih dari 300 masuk kategori berbahaya, paparan gas CO berbahaya bagi semua polulasi.

Pengaruh konsentrasi gas Nitrogendioksida (NO2) terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks ISPU berkategori baik (0-50), paparan gas NO2 menimbulkan sedikit bau tertentu. Untuk nilai yang berkisar  51-100 berkategori sedang, dampaknya akn menimbulkan bau tertentu. Untuk nilai yang berkisar 101-199 berkategori tidak sehat,efeknya akan menimbulkan bau yang lebih tajam serta kehilangan warna gas,serta meningkatkan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma. Pada kisaran 200-299 berkategori sangat tidak sehat, Efeknya meningkatkan sensitivitas penderita bronkitis.Sedangkan jika bernnilai diatas 300, masuk dalam  kategori berbahaya, efek pada nilai ini berbahaya pagi semua populasi.

Pengaruh konsentrasi gas Ozon Permukaan (O3) terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks ISPU berkategori baik (0-50), paparan gas O3 dan kombinasi dengan SO2 selama 4 (empat) jam berturut-turut mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Pada kisaran  51-100 berkategori sedang, efeknya menimbulkan luka pada beberapa jenis tumbuhan. Pada kisaran 101-199 berkategori tidak sehat, efeknya menurunkan kemampuan pada atlit yang berlatih keras. Pada nilai 200-299 berkategori sangat tidak sehat,efeknya mengakibatkan sesorang berpenyakit paru kronis saat melakukan olahraga ringan. Sedangan pada nilai diatas 300, masuk dalam kategori berbahaya, efeknya berbahaya bagi semua polulasi

Pengaruh SO2 pada kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya yaitu: Indeks ISPU berkategori baik (0-50), paparan gas SO2 dan kombinasi dengan O3 selama 4 (empat) jam berturut-turut mengakibatkan luka pada beberapa spesies tumbuhan. Pada nilai 51-100 berkategori sedang,efeknya dalam jangka waktu yang lebih pendek data menimbikan luka pada tumbuhan. Untuk nilai 101-199 berkategori tidak sehat, efeknya menimbulkan baud an keracunan pada tumbuhan.Pada nilai 200-299 berkategori sangat tidak baik gas SO2 efeknya meningkatkan sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU diatas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas SO2 berbahaya bagi semua populasi.

Pengaruh PM10 bila bernilai 0-50 adalah  sangat baik serta tidak menimbukan efek apapun. Pada kisaran nilai 51- 100 berkategori sedang, partikulat berakibat mulai penurunan pada jarak pandang. Pada nilai 101-199 berkategori tidak sehat, efeknya jarak pandang menurun dan debu dimana-mana. Pada nilai kisaran 200-299, efeknya pada  pasien berpenaykit asma dan bronchitis meningkatnya sensitivitas pasien. Sedangkan pada nilai diatas 300, masuk kategori berbahaya, paparan partikulat (PM10) berbahaya bagi semua populasi(Kurniawan, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husen diperoleh nilai udara ambient Kota Kendari masih sangat baik. Kondisi Kualitas Udara di Kota Kendari dalam keadaan baik dimana dari sepuluh lokasi yang diamati kadar gas Karbon monoksida (CO) berkisar dari 231,3 μg/Nm3 sampai 366,7 μg/Nm3, Oksida Nitrogen (NOx) berkisar dari 2,57 μg/Nm3 sampai 3,51 μg/Nm3 dan kadar Sulfurdioksida (SO2) berkisar dari 3,07 μg/Nm3 sampai 3,86 μg/Nm3. Nilai semua parameter yang diamati masih di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) sesuai dengan Baku Mutu Udara Ambient Nasional PP. RI. No. 41 th 1999 untuk Kota Kendari.(Husen, 2019)

Berdasarkan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Sultra, diperoleh Indeks Kualitas Udara (IKU) kota kendari sebagai berikut

makalah analisis kualitas udara bab 3


Dari data diatas menunjukan bahwa nilai kualitas udara menunjukan perkembangan yang baik dengan katagori sedang dengan rentan nilai 51 – 100 yang berarti Tingkat Kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia atau hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika. Indeks kualitas udara didasarkan oleh peraturan menteri lingkungan.
 
Baca Juga: Mengenal HIV/AIDS

BAB IV KESIMPULAN


Sektor transportasi merupakan penyumbang 80% pencemaran udara didaerah perkotaan Pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor antara lain adalah NO2, SO2, CO, Pb, hidrokarbon, dan partikulat. Selain diluar ruangan, kondisi pencemaran udara didalam rungan juga dapat terjadi. Terdapat empat elemen yang mempengaruhi sistem pencemaran udara dalam ruang yaitu: sumber yang berasal dari dalam dan luar, sistem ventilasi, media pembawa (udara dalam ruang) serta riwayat pekerja yang berdiam di ruang tersebut. Selain itu kondisi udara rumah yang tercemar perlu dicegah untuk menurunkan kejadian pneumonia yang lebih beresiko  pada anak bawah lima tahun.Penyabab lain terjadinya pencemaran udara adalah Pembakaran hutan dan lahan juga yang menimbulkan kabut yang berbahay bagi saluran pernafasan.

Sampai 17 April 2012 terdapat 34 stasiun berskala global yang ada di dunia untuk memperoleh data atmosferik dan kualitas udara di daerah. Konsentrasi parameter pencemaran udara terukur dari tinggi atau rendahnya berdasarkan nilai Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Nilai udara ambient Kota Kendari masih sangat baik. Kondisi Kualitas Udara di Kota Kendari dalam keadaan baik dimana kadar gas Karbon monoksida (CO) berkisar dari 231,3 μg/Nm3 sampai 366,7 μg/Nm3, Oksida Nitrogen (NOx) berkisar dari 2,57 μg/Nm3 sampai 3,51 μg/Nm3 dan kadar Sulfurdioksida (SO2) berkisar dari 3,07 μg/Nm3 sampai 3,86 μg/Nm3. Nilai semua parameter yang diamati masih di bawah Nilai Ambang Batas sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI. No. 41 th 1999.

BAB 1&2 Klik DISINI
 

DAFTAR PUSTAKA


Astuti, W., & Kusumawardani, Y. (2017). ANALISIS PENCEMARAN UDARA DENGAN BOX MODEL (DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR UDARA) STUDI KASUS DI KOTA TANGERANG. Jurnal Neo Teknika, 3(1), 21–28.
Budiyono, A. (2001). Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan. Dirgantara, 2(1), 21–27.
Christyana Sandra. (2013). Pengaruh penurunan kualitas udara terhadap fungsi paru dan keluhan pernafasan pada polisi lalu lintas polwiltabes surabaya. Jurnal IKESMA, 9, 1–8.
Fahimah, R., Kusumowardani, E., & Susanna, D. (2014). Kualitas Udara Rumah dengan Kejadian Pneumonia Anak Bawah Lima Tahun (di Puskesmas Cimahi Selatan dan Leuwi Gajah Kota Cimahi). Makara Journal of Health Research, 18(1), 25–33. https://doi.org/10.7454/msk.v18i1.3090
Hermawan, A., Hananto, M., & Lasut, D. (2016). PENINGKATAN INDEKS STANDAR PENCEMARAN UDARA (ISPU) DAN KEJADIAN GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN DI KOTA PEKANBARU. Jurnal Ekologi Kesehatan, 15(2), 76–86.
Huboyo, H. S., Istirokhatun, T., & Sutrisno, E. (2016). KUALITAS UDARA DALAM RUANG DI DAERAH PARKIR BASEMENT DAN PARKIR UPPERGROUND (STUDI KASUS DI SUPERMARKET SEMARANG). Jurnal PRESIPITASI, 13, 8–12.
Husen,  osu oheoputra. (2019). PENERAPAN PROGRAM LANGIT BIRU TERHADAP PENURUNAN PENYAKIT ISPA DI KOTA KENDARI. Jurnal AKRAB JUARA, 4(3), 164–172. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Ismiyati, Marlita, D., & Saidah, D. (2014). Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog), 01(03), 241–248.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. (1997). Keputusan Kepala Bapedal No . 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara (p. 18). p. 18. Jakarta: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
Kristanto, G. A., Sumabrata, J., & Astuti, S. K. (2013). Analisis Kualitas Udara di Ruang Parkir Bawah Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Pengguna. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 5(2), 117–126. Retrieved from https://journal.uii.ac.id/JSTL/article/view/3480/3073
Kurniawan, A. (2017). Pengukuran Parameter Kualitas Udara (Co, No2, So2, O3 Dan Pm10) Di Bukit Kototabang Berbasis Ispu. Jurnal Teknosains, 7(1), 1082. https://doi.org/10.22146/teknosains.34658
Mulyana, E. (2014). BENCANA KABUT ASAP AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS UDARA DI PROVINSI RIAU FEBRUARI – MARET 2014. JSTI, 16(3), 1–7.
Nurmaningsih, D. R. (2018). Analisis Kualitas Udara Ambien Akibat Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Di Kawasan Coyudan, Surakarta. Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan, 3(2), 46–53. https://doi.org/10.29080/alard.v3i2.336
PP. (1999). Peraturan Pemerintah No . 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Udara (p. 16). p. 16. jakarta: MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA.



0 Comments